Blogger Widgets

Kamis, 01 Agustus 2013


Apa Sebenarnya Gas Beracun di Dieng?

Oleh: Karma Iswasta Eka
Dosen Lingkungan PGSD Universitas Muhammadiyah Purwokerto
MEDIA massa cetak dan elektronik beberapa hari terakhir, memberitakan tentang meningkatnya aktivitas Kawah Sitimbang di Dieng, Kabupaten Banjarnegara. Beberapa berita menyebutkan bahwa gas yang dikeluarkan kawah Sitimbang adalah gas karbon dioksida yang beracun dan berbau menyengat. Media elektronik seperti televisi juga menyebutkan hal yang sama menanggapi perkembangan kawah di dataran Dieng tersebut. Benarkah gas karbon dioksida yang dikeluarkan oleh KawahSitimbang adalah gas beracun?
Kawah di dataran tinggi Dieng beberapa puluh tahun yang lalu, menyentak perhatian dunia ketika ratusan orang meninggal akibat semburan gas dari Kawah Sinila. Kematian yang demikian cepat dan mengagetkan tersebut disebabkan oleh gas karbon monoksida, satu jenis gas yang cukup beracun. Kawah Sinila dan Kawah Sitimbang sama-sama berada di daerah dataran tinggi Dieng, namun apakah keduanya menghasilkan gas yang berbeda ? Barangkali itu yang perlu mendapatkan penjelasan.
Gas karbon dioksida adalah gas yang tidak beracun. Gas ini dikeluarkan oleh hewan dan manusia dalam proses respirasinya. Gas ini juga digunakan oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan gas oksigen. Karbon dioksida juga dihasilkan dari pembakaran, baik pembakaran bahan bakar fosil maupun bahan organik seperti kayu, serta dari dekomposisi bahan orgnanik. Tumbuhan membutuhkan karbon dioksida yang dalam bahasa kimia ditulis CO2 untuk digunakan dalam proses fotosintesis.
Karbon dioksida juga naik ke atmosfir dan menjadi komponen pembentuk gas rumahkaca yang paling besar. Gas ini baru bersifat merugikan jika berada dalam konsentrasi yang sangat tinggi, baik di udara maupun di perairan yang menyebabkan makhluk hidup tidak dapat melakukan respirasi. Oleh karena itu, tidak tepat jika disebut sebagai gas beracun dan berbau seperti yang selama ini disebutkan di media massa.
Lalu bagaimana dengan gas karbon monoksida? Gas karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna, namun tergolong gas yang beracun. Darah (dalam hal ini hemoglobin) memunyai daya ikat terhadap gas karbon monoksida lebih tinggi dibanding daya ikat hemoglobin terhadap oksigen. Sehingga dalam konsentrasi rendah pun manusia dan hewan dapat teracuni gas karbon monoksida.
Gas ini dihasilkan dari pembakaran (baik organik maupun bahan bakar fosil) dan dari proses alamiah seperti Kawah Sinila, beberapa puluh tahun lalu. Manusia yang menghirup dalam konsentrasi rendah akan merasa pusing dan mual. Namun jika menghirup dalam konsentrasi tinggi dapatmenyebabkan keluarnya darah dari pori-pori tubuh dan menyebabkan kematian.
Satu bukti beracunnya gas karbon monoksida adalah kematian yang mungkin terjadi jika orang berada di dalam mobil yang terparkir dalam kondisi mesin hidup. Kematian tersebut disebabkan pipa knalpot yang bocor, sehingga gas karbon monoksida masuk ke dalam mobil, kemudian dihirup oleh penumpangnya. Kita juga sering menjumpai penggali sumur yang mati di dalam sumur karena keracunan gas.
Sifat gas karbon monoksida yang lebih berat dari udara menyebabkan gas ini selalu berada di permukaan tanah. Sifat inilah yang menyebabkan kebanyakan yang meninggal pada kasus Kawah Sinila adalah meraka yang sedang duduk, jongkok, atau berusaha menolong orang dengan membungkuk.
Gas karbon monoksida yang beracun tidak berbau. Begitu pula dengan gas karbon dioksida yang tidak beracun juga tidak berwarna dan berbau. Lalu pertanyaannya, gas apa yang berbau? Secara alamiah, gas yang berbau menyengat adalah gas hydrogen disulfide yang terbentuk dari unsur belerang. Jika demikian, gas apakah yang ada di KawahSitimbang? Penulis belum bisa memastikan karena tidak berada di lokasi, tetapi jika ciri-ciri yang disebut media massa, gas itu beracun dan berbau, maka tidak tepat jika disebut gas karbon dioksida.
Kawah Sitimbang bisa saja mengeluarkan gas karbon monoksida yang sangat beracun sekaligus mengeluarkan gas hydrogen disulfide yang beracundan dan berbau, tetapi gas tersebut bukanlah gas karbon dioksida. Untukmemastikan yang sebenarnya, maka perlu keterlibatan para ahli untuk menentukan dengan membawa peralatan yang memadai. Semoga tulisan ini dapat memberikan informasi yang memadai bagi pembaca SatelitPost, sehingga tidak berasumsi bahwa gas karbon dioksida adalah gas yang beracun, karena kita sebagai manusia dalam bernapas juga mengeluarkan gas karbon dioksida.(*)