Apa Sebenarnya Gas Beracun di Dieng?
Oleh:
Karma Iswasta Eka
Dosen Lingkungan PGSD Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Dosen Lingkungan PGSD Universitas Muhammadiyah Purwokerto
MEDIA
massa cetak dan elektronik beberapa hari terakhir, memberitakan tentang
meningkatnya aktivitas Kawah Sitimbang di Dieng, Kabupaten Banjarnegara.
Beberapa berita menyebutkan bahwa gas yang dikeluarkan kawah Sitimbang adalah
gas karbon dioksida yang beracun dan berbau menyengat. Media elektronik seperti
televisi juga menyebutkan hal yang sama menanggapi perkembangan kawah di dataran
Dieng tersebut. Benarkah gas karbon dioksida yang dikeluarkan oleh
KawahSitimbang adalah gas beracun?
Kawah
di dataran tinggi Dieng beberapa puluh tahun yang lalu, menyentak perhatian
dunia ketika ratusan orang meninggal akibat semburan gas dari Kawah Sinila.
Kematian yang demikian cepat dan mengagetkan tersebut disebabkan oleh gas
karbon monoksida, satu jenis gas yang cukup beracun. Kawah Sinila dan Kawah
Sitimbang sama-sama berada di daerah dataran tinggi Dieng, namun apakah
keduanya menghasilkan gas yang berbeda ? Barangkali itu yang perlu mendapatkan
penjelasan.
Gas
karbon dioksida adalah gas yang tidak beracun. Gas ini dikeluarkan oleh hewan
dan manusia dalam proses respirasinya. Gas ini juga digunakan oleh tumbuhan
untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan gas oksigen. Karbon dioksida juga
dihasilkan dari pembakaran, baik pembakaran bahan bakar fosil maupun bahan
organik seperti kayu, serta dari dekomposisi bahan orgnanik. Tumbuhan
membutuhkan karbon dioksida yang dalam bahasa kimia ditulis CO2 untuk digunakan
dalam proses fotosintesis.
Karbon
dioksida juga naik ke atmosfir dan menjadi komponen pembentuk gas rumahkaca
yang paling besar. Gas ini baru bersifat merugikan jika berada dalam
konsentrasi yang sangat tinggi, baik di udara maupun di perairan yang
menyebabkan makhluk hidup tidak dapat melakukan respirasi. Oleh karena itu,
tidak tepat jika disebut sebagai gas beracun dan berbau seperti yang selama ini
disebutkan di media massa.
Lalu
bagaimana dengan gas karbon monoksida? Gas karbon monoksida adalah gas yang
tidak berbau dan tidak berwarna, namun tergolong gas yang beracun. Darah (dalam
hal ini hemoglobin) memunyai daya ikat terhadap gas karbon monoksida lebih
tinggi dibanding daya ikat hemoglobin terhadap oksigen. Sehingga dalam konsentrasi
rendah pun manusia dan hewan dapat teracuni gas karbon monoksida.
Gas
ini dihasilkan dari pembakaran (baik organik maupun bahan bakar fosil) dan dari
proses alamiah seperti Kawah Sinila, beberapa puluh tahun lalu. Manusia yang
menghirup dalam konsentrasi rendah akan merasa pusing dan mual. Namun jika
menghirup dalam konsentrasi tinggi dapatmenyebabkan keluarnya darah dari
pori-pori tubuh dan menyebabkan kematian.
Satu
bukti beracunnya gas karbon monoksida adalah kematian yang mungkin terjadi jika
orang berada di dalam mobil yang terparkir dalam kondisi mesin hidup. Kematian
tersebut disebabkan pipa knalpot yang bocor, sehingga gas karbon monoksida
masuk ke dalam mobil, kemudian dihirup oleh penumpangnya. Kita juga sering
menjumpai penggali sumur yang mati di dalam sumur karena keracunan gas.
Sifat
gas karbon monoksida yang lebih berat dari udara menyebabkan gas ini selalu
berada di permukaan tanah. Sifat inilah yang menyebabkan kebanyakan yang
meninggal pada kasus Kawah Sinila adalah meraka yang sedang duduk, jongkok,
atau berusaha menolong orang dengan membungkuk.
Gas
karbon monoksida yang beracun tidak berbau. Begitu pula dengan gas karbon
dioksida yang tidak beracun juga tidak berwarna dan berbau. Lalu pertanyaannya,
gas apa yang berbau? Secara alamiah, gas yang berbau menyengat adalah gas
hydrogen disulfide yang terbentuk dari unsur belerang. Jika demikian, gas
apakah yang ada di KawahSitimbang? Penulis belum bisa memastikan karena tidak
berada di lokasi, tetapi jika ciri-ciri yang disebut media massa, gas itu
beracun dan berbau, maka tidak tepat jika disebut gas karbon dioksida.
Kawah
Sitimbang bisa saja mengeluarkan gas karbon monoksida yang sangat beracun
sekaligus mengeluarkan gas hydrogen disulfide yang beracundan dan berbau,
tetapi gas tersebut bukanlah gas karbon dioksida. Untukmemastikan yang
sebenarnya, maka perlu keterlibatan para ahli untuk menentukan dengan membawa
peralatan yang memadai. Semoga tulisan ini dapat memberikan informasi yang
memadai bagi pembaca SatelitPost, sehingga tidak berasumsi bahwa gas karbon
dioksida adalah gas yang beracun, karena kita sebagai manusia dalam bernapas
juga mengeluarkan gas karbon dioksida.(*)